Penulis: Prananingrum Kinasih, S.Gz., M.Gz
Referensi Foto: Pexels
Santan adalah cairan berwarna putih kental yang dihasilkan dari perasan daging kelapa parut yang dicampur dengan air. Santan merupakan emulsi minyak dalam air, di mana lemak kelapa terdispersi dalam fase cair dan distabilkan oleh protein yang terkandung di dalamnya. Santan mengandung air, lemak (terutama lemak jenuh), protein, karbohidrat, vitamin (seperti C, B, B6, folat), dan mineral (kalsium, magnesium, zat besi, fosfor).
Santan memberikan rasa gurih dan tekstur lembut pada berbagai hidangan, mulai dari opor ayam hingga rendang. Namun, santan juga sering mendapat reputasi buruk karena dianggap sebagai pemicu kolesterol tinggi. Benarkah santan dapat menaikkan kolesterol tubuh? Yuk, kita telusuri faktanya secara ilmiah!
Apa Itu Kolesterol?
Kolesterol adalah lemak yang secara alami terdapat dalam tubuh dan dibutuhkan untuk membentuk hormon, vitamin D, dan struktur sel. Kolesterol terbagi menjadi dua jenis:
- Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein): disebut sebagai kolesterol jahat karena dapat menyumbat pembuluh darah.
- Kolesterol HDL (High-Density Lipoprotein): disebut sebagai kolesterol baik karena membantu membersihkan LDL dari aliran darah.
Referensi Foto: Pexels
Efek Konsumsi Santan pada Profil Kolesterol
Konsumsi santan memiliki efek ganda pada profil kolesterol. Santan sebenarnya tidak mengandung kolesterol, karena kolesterol hanya terdapat pada produk hewani, sedangkan kelapa dan hasil olahannya, termasuk santan, berasal dari tumbuhan. Meski demikian, santan tetap mengandung lemak. Saat tubuh mencerna lemak, ia akan memproduksi kolesterol yang dibutuhkan untuk membentuk empedu sebagai bagian dari proses pencernaan lemak. Santan juga mengandung lemak sehat (MCT) yang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL (baik). Santan dapat memberikan manfaat dan risiko terkait kolesterol.
Sebuah penelitian mengevaluasi aktivitas antioksidan dalam santan dan menemukan bahwa santan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi maupun susu kambing. Hasil ini menunjukkan bahwa santan berpotensi menjadi komponen pangan fungsional yang bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yaitu kerusakan sel akibat paparan radikal bebas yang dapat memicu berbagai penyakit. Selain itu, santan juga dinilai berperan dalam menurunkan risiko penyakit degeneratif, yaitu kondisi yang ditandai dengan penurunan fungsi atau kerusakan struktur jaringan dan organ seiring waktu. Penelitian lain yang dilakukan pada manusia menyimpulkan bahwa konsumsi lemak kelapa dalam bentuk santan tidak memberikan efek negatif terhadap profil lipid masyarakat umum. Sebaliknya, santan justru memberikan manfaat dengan menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Sementara itu, studi eksperimental pada tikus dengan kondisi diabetes menunjukkan bahwa pemberian santan dapat memperbaiki profil lipid, yaitu dengan menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan triasilgliserol, serta meningkatkan kadar HDL.
Santan seringkali digunakan bersamaan untuk pengolahan bahan hewani yang tinggi kandungan kolesterol seperti daging merah atau otak. Makanan tersebut mengandung tinggi kolesterol bukan karena kandungan santannya, melainkan karena bahan hewani yang digunakan. Pengaruh santan terhadap kadar kolesterol tidak selalu berdampak buruk dan dapat bervariasi tergantung pada cara pengolahannya serta kondisi kesehatan masing-masing individu.
Jadi, Apakah Santan Harus Dihindari?
Tidak harus. Santan tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat jika dikonsumsi dengan bijak.
Tips aman mengonsumsi santan:
- Gunakan santan segar atau encerkan dengan air
- Hindari memasak santan dengan banyak minyak atau daging berlemak.
- Seimbangkan dengan sayur, buah, dan makanan berserat tinggi.
- Perhatikan frekuensi, masakan bersantan sebaiknya tidak dikonsumsi setiap hari.
Editor: Ambar Wulan S.T
Referensi:
- De Silva, P., Ekanayaka, R., Perera, B., Pathirana, R., Amaratunga, Y., Ekanayaka, M., Jayathilake, W., & De Silva, P. (2024). Effect of different forms of coconut on the lipid profile in normal free-living healthy subjects: A randomized controlled trial (Phase II). Global Epidemiology, 7.
- Eyres, L. et al. (2016). Coconut oil consumption and cardiovascular risk factors in humans. Nutrition Reviews, 74(4), 267–280.
- Alyaqoubi S, Abdullah A, Samudi M, Abdullah N, Addai ZR, Musa KH. (2015). Study of antioxidant activity and physicochemical properties of coconut milk (Pati santan) in Malaysia. J Chem Pharm Res, 7: 967–973.
- Alatawi KA, Alshubaily FA. (2021). Coconut products alleviate hyperglycaemic, hyperlipidimic and nephropathy indices in streptozotocin-induced diabetic wistar rats. Saudi J Biol Sci, 28: 4224–4231.