Siapa Bilang Jelantah Cuma Limbah? From Waste to Worth: Minyak Jelantah yang Berdaya Guna

Penulis: Witri Winanda, S.Si., M.Si.

Haiii Uibers! Siapa nih yang habis goreng ayam atau tempe terus minyaknya nganggur di dapur? Eits… jangan buru-buru dibuang! Ternyata si “minyak jelantah” yang kelihatan nggak berguna itu bisa disulap jadi sesuatu yang eco-friendly lho! Penasaran gimana caranya? Yukk disimak ! Ketika minyak jelantah sudah tidak lagi layak untuk dikonsumsi, sering kali ia berakhir sebagai limbah yang dibuang begitu saja. Banyak dari kita mungkin masih terbiasa membuang minyak jelantah begitu saja ke saluran air atau tanah, padahal kebiasaan itu bisa mencemari lingkungan dan membahayakan ekosistem. Di tanah, minyak dapat menutupi pori-pori sehingga menghambat penyerapan air dan oksigen. Akibatnya, struktur tanah menjadi rusak dan mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam menjaga kesuburan bisa mati. Dalam jangka panjang, pencemaran minyak dapat menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang dan mengancam keberlanjutan kehidupan ekologis.

Gambar 1. Alur pembuatan sabun minyak jelantah

Siapa sangka minyak sisa gorengan yang sering dianggap kotor dan tak berguna, ternyata bisa disulap jadi sesuatu yang bermanfaat, bernilai ekonomi, dan ramah lingkungan. Minyak jelantah sejatinya masih menyimpan potensi besar untuk dimanfaatkan. Salah satunya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun. Beberapa studi menunjukkan bahwa minyak goreng dapat diproses dengan metode biologis dan kimia untuk menghasilkan sabun yang biodegradable. Langkahnya tidaklah sulit, sabun dibuat melalui proses saponifikasi, yaitu reaksi antara trigliserida dalam minyak atau lemak dengan basa kuat seperti NaOH atau KOH. Dalam reaksi ini, basa menghidrolisis minyak menjadi asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak tersebut bereaksi dengan ion natrium atau kalium sehingga membentuk garam asam lemak yang dikenal sebagai sabun.

D:\DEll\Photo\20250124_164016.jpg

Gambar 2. Proses pembuatan sabun minyak jelantah (Dokumentasi pribadi)

Prosesnya dimulai dengan penjernihan minyak dengan merendamnya pada arang aktif selama dua hari. Setelah itu, arang aktif dipisahkan dari minyak jelantah dengan proses penyaringan. Setelah mendapatkan minyak jelantah yang sudah mengalami proses penjernihan, selanjutnya minyak jelantah tersebut mulai diracik menjadi sabun padat. Proses pembuatan sabun ramah lingkungan dimulai dengan menimbang bahan sesuai formula, kemudian melarutkan secara hati-hati 80 g NaOH dalam 200 mL akuades untuk pembuatan 500 mL minyak jelantah. Setelah suhunya turun hingga suhu kamar, larutan NaOH dicampurkan ke minyak jelantah dan diaduk menggunakan hand mixer hingga terbentuk pasta sabun melalui reaksi saponifikasi. Supaya hasil sabun semakin premium dan berkualitas layaknya sabun komersial lainnya, bisa ditambahkan pewarna alami dan minyak esensial. Adonan pasta yang telah homogen selanjutnya dimasukkan ke cetakan dan didiamkan selama 1 hari. Setelah itu adonan sabun yang sudah memadat dikeluarkan dari cetakannya untuk selanjutnya didiamkan 2–4 minggu agar proses curing berlangsung sempurna.

Gambar 3. Hasil sabun minyak jelantah (Dokumentasi Pribadi)

Hasil akhirnya benar-benar mengesankan! Minyak jelantah yang tadinya cuma limbah dapur bisa disulap jadi sabun cuci untuk peralatan masak hingga pakaian. Tapi inga lho, sabun ini tidak direkomendasikan untuk sabun mandi yaa. Lebih dari sekadar bereksperimen membuat sabun, proses ini adalah pengalaman belajar untuk menghargai alam dan memahami bagaimana ilmu dasar bisa membawa perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengetahuan, ketelitian, dan rasa peduli terhadap lingkungan, minyak jelantah menjadi bukti bahwa “tak ada yang benar-benar sia-sia, jika kita mau mengolahnya dengan bijak.”

Editor: Ambarwulan, S.T.

 

Baloi-Sei Ladi, Jl. Gajah Mada, Tiban Indah, Kec. Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau 29426
(0778) 7437111
Temukan kami

Telusuri