“FOMO”nya Gen Z dalam Bermain Saham: Antara Peluang dan Resiko

Penulis: Gilang Ananda, S.Kom

Dalam beberapa tahun terakhir, minat generasi Z terhadap dunia investasi, terutama saham, mengalami lonjakan signifikan. Generasi yang lahir antara pertengahan 1997 hingga 2012 ini dikenal sebagai digital native yang artinya sangat dekat dengan teknologi dan informasi cepat. Salah satu fenomena yang menyertai ketertarikan mereka terhadap saham adalah FOMO (Fear of Missing Out), yakni rasa takut tertinggal tren atau peluang yang sedang ramai diperbincangkan. Fenomena FOMO ini terlihat jelas ketika terjadi lonjakan harga saham tertentu akibat dorongan dari media sosial, influencer keuangan, atau komunitas daring. Banyak anak muda yang tergoda membeli saham tanpa analisis mendalam, hanya karena melihat orang lain mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Mereka merasa jika tidak ikut serta, akan kehilangan kesempatan emas padahal investasi saham bukan sekadar ikut-ikutan.

Sumber: https://chatgpt.com/

Salah satu faktor pendorong FOMO di kalangan Gen Z adalah eksistensi media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter, yang kerap menjadi ajang pamer keberhasilan finansial. Banyak konten yang menampilkan keuntungan fantastis dari bermain saham atau kripto dalam waktu singkat, tanpa disertai edukasi yang memadai tentang risiko. Hal ini menciptakan persepsi keliru bahwa pasar saham adalah ladang uang instan, bukan instrumen investasi jangka panjang yang membutuhkan strategi dan kesabaran. Di satu sisi, meningkatnya minat Gen Z terhadap saham bisa menjadi hal positif. Mereka menunjukkan kesadaran finansial sejak dini dan mulai meninggalkan budaya konsumtif. Namun di sisi lain, jika tidak dibarengi literasi keuangan yang memadai, FOMO justru bisa menjadi bumerang. Banyak investor pemula yang terjebak membeli saham saat harga tinggi (karena tren), lalu menjualnya saat harga turun karena panik, sehingga mengalami kerugian besar.

Sumber: https://chatgpt.com/

Fenomena ini juga menimbulkan efek psikologis, seperti stres dan kecemasan berlebih. Rasa takut tertinggal membuat seseorang terus-menerus memantau pasar, mengikuti saran dari orang yang belum tentu kompeten, dan membuat keputusan emosional. Akibatnya, tujuan awal berinvestasi menjadi kabur, dan proses belajar investasi yang sehat menjadi terganggu. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya peran aktif dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku pasar harus lebih gencar menyebarkan edukasi keuangan, terutama yang disesuaikan dengan karakter Gen Z visual, ringkas, dan “anti-ribet”. Di sisi lain, Gen Z sendiri juga perlu menanamkan mindset bahwa investasi adalah proses jangka panjang, bukan ajang spekulasi cepat kaya.

Sumber: https://chatgpt.com/

Menghadapi era informasi yang serba cepat, Gen Z perlu belajar menyaring informasi, bersikap kritis, dan mengedepankan logika dalam setiap keputusan finansial. Menghindari FOMO bukan berarti tertutup dari peluang, tetapi justru membangun pondasi yang kuat agar bisa memanfaatkan peluang dengan cara yang lebih bijak dan berkelanjutan.

Editor: Jaya Ridho Nugroho, S.Kom

Referensi:

  1. Indovestory, Gen Z Dan Investasi Saham, Memahami Tren Keuangan Di Era Digital
  2. Kumparan, FOMO di Kalangan Gen Z dalam Era Digital, 2024
  3. Afifah, Nadia & Kuntari, Septi. (2025). Peran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas Sosial Gen Z Di Aplikasi TikTok dan Instagram. PESHUM : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora. 4. 4409-4415. 10.56799/peshum.v4i3.8367.
  4. Anggita Savitri, Judithya (2020) PENGARUH FEAR OF MISSING OUT TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS INDIVIDU PENGGUNA MEDIA SOSIAL DI USIA EMERGING ADULTHOOD. S1 thesis, Jurusan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta.
  5. Kompasiana, FOMO di Kalangan Gen Z: Mengapa Gen Z Rentan Merasa Ketinggalan?, 2024
  6. umm.ac.id, Gen Z Marak Investasi Saham, Ini Tanggapan Praktisi Pasar Modal UMM, 2023

Baloi-Sei Ladi, Jl. Gajah Mada, Tiban Indah, Kec. Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau 29426
(0778) 7437111
Temukan kami

Telusuri