Menulis Artikel Hasil Penelitian Hukum yang Persuasif: Teknik dan Rumus yang Efektif

Penulis: Assoc. Prof. Dr. Lu Sudirman S.H., M.M., M. Hum. & Dr. Hari Sutra Disemadi, S.H., M.H.

Penulisan artikel hasil penelitian hukum yang persuasif melibatkan lebih dari sekadar penguraian fakta atau teori hukum. Tujuannya adalah untuk membangun argumen yang kuat, logis, dan meyakinkan yang dapat mempengaruhi pandangan pembaca mengenai posisi yang diambil. Dalam ranah hukum, persuasif berarti kemampuan untuk membujuk pembaca—baik itu hakim yang sedang menilai suatu perkara, akademisi yang sedang mengevaluasi keabsahan teori, atau praktisi yang mengaplikasikan hukum dalam kasus nyata—untuk menerima dan mendukung pandangan atau solusi yang diajukan dalam artikel tersebut. Hal ini membutuhkan kecakapan dalam merangkai alasan yang jelas dan berdasarkan pada fakta serta aturan hukum yang relevan.

A group of people looking at a piece of paper Description automatically generated

Sumber: ChatGPT

Selain itu, penulisan yang persuasif juga mencakup keterampilan dalam mengorganisir dan menyajikan argumen dengan cara yang memudahkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran yang disusun. Penggunaan struktur yang terorganisir dengan baik, adalah cara yang efektif untuk memastikan bahwa argumen disampaikan secara sistematis dan dapat diterima oleh pembaca. Oleh karena itu, penulisan artikel hukum yang persuasif tidak hanya soal mengemukakan teori atau fakta, tetapi juga soal bagaimana menyampaikan informasi tersebut dengan cara yang meyakinkan dan dapat memengaruhi pendapat atau keputusan pembaca.

Tulisan ini akan mengulas tips dan teknik yang dapat digunakan untuk menulis artikel hasil penelitian hukum yang persuasif:

1. Struktur Penulisan yang Jelas

Pentingnya struktur yang jelas dalam penulisan artikel hukum terletak pada kemampuan struktur tersebut untuk membantu pembaca, terutama hakim atau praktisi hukum, dalam mengikuti alur pemikiran yang logis dan terorganisir. Struktur yang baik memudahkan pembaca dalam memahami dan mengevaluasi argumen yang diajukan. Dua struktur populer yang banyak digunakan dalam penulisan argumen hukum adalah CREAC (Conclusion, Rule, Explanation, Application, Counteranalysis) dan CRAC (Conclusion, Rule, Application, Conclusion), yang keduanya memiliki peran penting dalam menyusun argumen yang persuasif dan efektif.

a) CREAC (Conclusion, Rule, Explanation, Application, Counteranalysis)

Struktur CREAC membantu penulis untuk menyusun argumen hukum dengan sangat terstruktur dan memudahkan pembaca untuk mengikuti logika yang digunakan. Dimulai dengan kesimpulan (Conclusion) yang jelas di awal paragraf, pembaca langsung diberi tahu posisi yang akan diambil. Kemudian, aturan hukum yang relevan (Rule) disampaikan, diikuti dengan penjelasan (Explanation) yang menggali lebih dalam tentang aturan tersebut. Penerapan aturan hukum pada fakta kasus (Application) menunjukkan bagaimana aturan tersebut diterapkan dalam konteks kasus tertentu. Terakhir, Counteranalysis memberikan ruang bagi penulis untuk mengantisipasi dan membahas argumen lawan secara strategis, tanpa harus mengutip seluruh argumen tersebut. Struktur ini penting untuk memastikan bahwa setiap bagian dari argumen disampaikan dengan jelas, serta dapat dengan mudah dipahami dan diyakini oleh pembaca.

b) CRAC (Conclusion, Rule, Application, Conclusion)

Struktur CRAC lebih sederhana dan langsung ke pokok permasalahan. Dalam struktur ini, penulis memulai dengan menyatakan kesimpulan (Conclusion) terlebih dahulu, memberikan pembaca gambaran jelas tentang posisi yang akan dibahas. Setelah itu, aturan hukum yang relevan (Rule) dijelaskan untuk memberikan dasar yang kuat bagi kesimpulan yang diajukan. Bagian aplikasi (Application) menghubungkan aturan hukum dengan fakta yang ada dalam kasus tersebut, yang merupakan inti dari analisis hukum. Terakhir, kesimpulan yang sama diulang (Conclusion) untuk memperkuat pesan dan memastikan bahwa pembaca tetap fokus pada posisi yang telah disampaikan. Struktur ini efisien dan sangat berguna untuk menyampaikan argumen hukum secara ringkas namun tetap persuasif, dengan menekankan kesimpulan yang ingin dicapai dari awal hingga akhir.

Kedua struktur ini memfasilitasi penulisan yang jelas, logis, dan mudah diikuti, yang sangat penting dalam menulis argumen hukum yang persuasif.

2. Kejelasan dan Kesederhanaan dalam Penulisan

Dalam penulisan hukum, kejelasan adalah hal yang sangat krusial. Ketika menyusun argumen hukum, tujuan utama adalah memastikan bahwa pembaca—baik itu hakim, akademisi, atau praktisi—dapat memahami pesan yang disampaikan tanpa kebingungan. Oleh karena itu, penggunaan kalimat yang panjang dan rumit, serta istilah teknis yang tidak perlu, harus dihindari. Sebaliknya, kalimat yang singkat dan lugas lebih efektif karena memudahkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran penulis. Penyampaian yang jelas mengurangi kemungkinan interpretasi yang salah dan meningkatkan kemampuan untuk meyakinkan pembaca. Kejelasan dalam penulisan juga berkontribusi pada kekuatan persuasif tulisan, karena pembaca lebih cenderung setuju dengan argumen yang disajikan secara mudah dipahami dan tidak membingungkan.

3. Menghindari Penggunaan Kata-kata yang Tidak Berguna

Selain kejelasan dan kesederhanaan, penting untuk menghindari penggunaan kata-kata yang tidak memberikan nilai tambah dalam artikel hukum. Kata-kata seperti “jelas,” “tentu saja,” atau “pasti” sering kali tidak menambah bobot atau kekuatan argumen yang disampaikan. Sebaliknya, kata-kata tersebut hanya mengisi ruang tanpa memberikan informasi yang substansial. Dalam penulisan hukum yang persuasif, lebih baik menggunakan kata-kata yang langsung mengarah pada substansi, yang memperkuat argumen dengan cara yang lebih meyakinkan. Penggunaan kata-kata yang lebih konkret dan tepat sasaran akan membuat tulisan terasa lebih profesional, terfokus, dan kuat dalam membujuk pembaca untuk menerima posisi yang diajukan.

4. Fokus pada Isu Utama

Untuk membuat artikel hukum yang persuasif, penting untuk fokus pada isu utama yang paling relevan dengan topik yang sedang dibahas. Memasukkan banyak isu yang kurang kuat atau tidak langsung terkait dengan topik utama akan melemahkan argumen dan membuat tulisan terasa terpecah-pecah. Fokus yang jelas pada isu utama tidak hanya membuat tulisan menjadi lebih tajam dan terarah, tetapi juga membantu meyakinkan pembaca bahwa penulis benar-benar memahami masalah yang sedang dibahas dan memiliki argumentasi yang kuat mengenai isu tersebut. Dengan fokus pada isu yang paling relevan, pembaca dapat lebih mudah mengikuti dan menerima posisi yang diambil, karena argumen yang disampaikan tidak terdistraksi oleh isu yang tidak mendukung topik utama.

5. Pentingnya Penggunaan Fakta yang Relevan

Fakta merupakan dasar dari setiap argumen hukum. Agar artikel hukum dapat diterima dengan baik, fakta yang digunakan harus benar-benar relevan dengan isu hukum yang dibahas. Fakta yang tidak relevan hanya akan mengaburkan pesan yang ingin disampaikan dan melemahkan kekuatan argumen. Oleh karena itu, penulis harus dengan hati-hati memilih fakta yang mendukung posisi hukum yang diambil. Dalam artikel hukum yang persuasif, fakta harus digunakan untuk memperkuat argumen, bukan untuk menyerang pihak lawan tanpa dasar yang jelas. Dengan menampilkan fakta yang relevan dan terfokus, penulis dapat lebih meyakinkan pembaca bahwa posisi yang diambil didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Penggunaan Kutipan yang Efektif

Kutipan yang tepat dan relevan sangat penting dalam penulisan hukum karena memberikan otoritas pada argumen yang diajukan. Kutipan dari keputusan pengadilan, undang-undang, atau sumber hukum terpercaya dapat memperkuat argumen dan menunjukkan bahwa posisi yang diambil didasarkan pada sumber yang sah dan kredibel. Namun, penggunaan kutipan harus dilakukan dengan bijak dan efektif. Jangan sekadar menambah kutipan untuk memenuhi panjang tulisan; setiap kutipan harus memberikan kontribusi yang jelas pada analisis yang sedang dibangun. Kutipan yang tepat akan membuat artikel lebih meyakinkan karena menunjukkan bahwa argumen didukung oleh prinsip-prinsip hukum yang diakui.

7. Kredibilitas dan Keakuratan

Kredibilitas adalah faktor yang tidak bisa ditawar dalam penulisan hukum. Argumen yang baik sekalipun akan kehilangan bobotnya jika tidak didukung oleh sumber yang sahih dan kredibel. Kesalahan dalam kutipan atau referensi dapat merusak kepercayaan pembaca terhadap tulisan kita. Maka, sangat penting untuk memverifikasi semua referensi dan sumber yang digunakan dalam artikel. Sumber-sumber hukum yang dapat dipercaya, seperti putusan pengadilan, peraturan perundang-undangan, atau jurnal hukum yang diakui, harus menjadi landasan argumen yang diajukan. Menggunakan referensi yang sah dan terpercaya tidak hanya meningkatkan kredibilitas, tetapi juga memperkuat kepercayaan pembaca terhadap argumentasi yang disampaikan.

8. Strategi dalam Menanggapi Counterarguments

Salah satu aspek penting dalam menulis artikel hukum yang persuasif adalah kemampuan untuk menanggapi counterarguments, yaitu argumen yang diajukan oleh pihak lawan. Meskipun penting untuk mengakui dan membahas pendapat yang berseberangan, penulis tidak perlu mengungkapkan counterarguments secara eksplisit. Alih-alih menyebutkan argumen lawan secara langsung, penulis dapat menyisipkan fakta atau analisis yang melemahkan posisi lawan tanpa menyebutkan argumen mereka secara gamblang. Pendekatan ini membantu menjaga kesan profesional dan meningkatkan kredibilitas artikel. Dengan cara ini, pembaca lebih dapat menerima bahwa penulis tidak hanya fokus pada membela posisi mereka, tetapi juga mempertimbangkan dan merespons pandangan yang berbeda secara objektif dan terukur.

9. Penyusunan Kesimpulan yang Kuat

Kesimpulan dalam artikel hukum merupakan bagian yang sangat penting, karena bagian ini akan memberikan penekanan pada posisi yang diambil. Setelah argumen-argumen yang mendalam dan analisis yang rinci, kesimpulan yang kuat akan memperkuat pesan dan meyakinkan pembaca untuk menerima posisi yang diusulkan. Kesimpulan yang baik harus merangkum semua argumen yang telah disampaikan dengan cara yang jelas dan tegas, tanpa menyisakan ruang untuk keraguan. Selain itu, kesimpulan juga harus memberikan rekomendasi atau solusi yang jelas terkait dengan isu yang dibahas, memastikan bahwa pembaca memahami langkah selanjutnya yang diusulkan.

10. Menghindari Penulisan yang Terlalu Panjang

Dalam penulisan hukum, terutama yang bersifat persuasif, penting untuk menjaga artikel tetap padat dan to the point. Penulisan yang bertele-tele atau terlalu panjang hanya akan membuat pembaca kehilangan fokus dan mengurangi daya tarik tulisan. Setiap kalimat dalam artikel harus memberikan informasi yang relevan dan mendukung argumen yang sedang dibangun. Menghindari pembahasan yang tidak penting atau berlebihan akan membuat tulisan lebih efisien, jelas, dan mudah dipahami, yang pada akhirnya akan lebih persuasif. Pembaca lebih menghargai tulisan yang singkat namun padat dan efektif, daripada yang berlarut-larut dan membingungkan.

A person writing on a book Description automatically generated

Sumber: ChatGPT

Menulis artikel hasil penelitian hukum yang persuasif bukan hanya tentang mengemukakan fakta dan teori hukum, tetapi juga tentang bagaimana menyusun argumen yang logis dan meyakinkan. Artikel yang persuasif harus mampu mempengaruhi pembaca untuk menerima dan mendukung posisi yang diambil, baik itu hakim, akademisi, atau praktisi hukum. Hal ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang struktur penulisan yang jelas dan terorganisir, penggunaan fakta yang relevan, serta pemilihan kata yang tepat untuk memperkuat argumen. Struktur penulisan seperti CREAC dan CRAC memberikan kerangka yang terstruktur dengan baik untuk menyusun argumen secara sistematis, memudahkan pembaca untuk mengikuti dan memahami posisi yang diajukan.

Selain itu, kejelasan, kesederhanaan, dan kredibilitas dalam penulisan sangat penting untuk meningkatkan daya persuasif artikel. Menghindari kata-kata yang tidak berguna dan fokus pada isu utama yang relevan akan membuat tulisan lebih tajam dan mudah dipahami. Penggunaan kutipan yang efektif dan strategi dalam menanggapi counterarguments juga dapat memperkuat argumen yang diajukan, serta menjaga profesionalisme dalam penulisan. Kesimpulan yang kuat dan to the point akan mempertegas posisi yang diambil dan memberikan penekanan pada solusi yang diusulkan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, artikel hukum dapat menjadi lebih meyakinkan dan efektif dalam mempengaruhi pandangan pembaca.

Editor: Ambarwulan, S.T.

Referensi

  1. Quick Tips for Persuasive Writing by Judge Richard Gabriel [link: https://www.youtube.com/watch?v=PuibpeSalu8]
  2. 04.01 – Persuasive Writing: Organization of a Legal Argument [link: https://www.youtube.com/watch?v=bengzjkBNIQ]
  3. A Simple Writing Structure To Make You More Persuasive: C.R.A.C. [link: https://www.youtube.com/watch?v=Xcgp0x3qwOE]
  4. How Lawyers Write Persuasive Legal Memoranda [link: https://www.youtube.com/watch?v=vNHHtt18hV4]
Baloi-Sei Ladi, Jl. Gajah Mada, Tiban Indah, Kec. Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau 29426
(0778) 7437111
Temukan kami

Telusuri