Merajut Keberagaman Budaya Melalui Pembelajaran BIPA

Bahasa adalah jendela yang mengintroduksi kita pada dunia yang lebih luas. Dalam konteks Indonesia, Bahasa Indonesia bukan hanya sebuah media untuk kita berkomunikasi, tetapi juga pintu gerbang untuk memahami budaya yang kaya dan keragaman yang mempesona di bumi Pertiwi ini. Di tengah era globalisasi, minat untuk mempelajari Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) semakin berkembang pesat. BIPA bukan lagi sekadar pembelajaran bahasa semata, tetapi juga sebuah perjalanan yang memungkinkan individu dari berbagai belahan dunia untuk menyelami keunikan dan keindahan budaya Indonesia. Program-program BIPA menawarkan lebih dari sekadar pengajaran tata bahasa, mereka membuka jendela pada tradisi, budaya, sejarah, seni, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Salah satu keunggulan pembelajaran BIPA adalah pendekatan holistiknya yang tidak hanya mencakupi tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga melibatkan pemelajar BIPA dalam kegiatan budaya seperti memasak masakan tradisional, belajar tari-tarian daerah, atau mendalami kepercayaan lokal. Hal ini tidak hanya memperdalam pemahaman mereka terhadap Bahasa Indonesia, tetapi juga memperkaya pengalaman mereka dalam merasakan kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat dari pembelajaran BIPA juga sangat luas. Selain meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, peserta juga mendapat kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas lintas budaya, memperluas jaringan sosial, dan memperdalam pemahaman mereka tentang toleransi dan keragaman yang ada di Indonesia.

Pentingnya pembelajaran BIPA tidak hanya bagi mereka yang ingin memahami Indonesia secara mendalam, tetapi juga dalam membangun hubungan diplomatik dan ekonomi antarbangsa. Dalam era global ini, kemampuan untuk berkomunikasi lintas budaya adalah kunci utama untuk membangun kerja sama yang harmonis dan saling menguntungkan antarnegara. Tidak dapat disangkal bahwa pembelajaran BIPA telah menjadi sebuah jembatan yang memungkinkan pertukaran nilai budaya, pengetahuan, dan pengalaman antara Indonesia dan dunia. Dalam prosesnya, tidak hanya peserta yang belajar, tetapi juga pengajar yang mendapatkan wawasan baru melalui interaksi dengan peserta dari latar belakang yang beragam.

Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di UIB menggunakan metode scaffolding, yang memberikan pendampingan bertahap bagi para pemelajar dalam memahami materi yang kompleks. Pendekatan ini memperkuat landasan pemahaman mulai dari konsep dasar tata Bahasa dan pengenalan kosakata hingga mengeksplorasi struktur kalimat yang lebih kompleks serta nuansa Bahasa yang lebih mendalam. Pembelajaran BIPA ini juga tak lepas dari tradisi dan budaya Indonesia di dalam proses pembelajarannya. Seperti saat mempelajari penggunaan Bahasa dalam berbagai ekspresi. Pengajar BIPA di UIB menggunakan lagu dangdut untuk menjadi media dalam pembelajaran tersebut. Lagu yang digunakan yaitu Kopi Dangdut untuk penggambaran ekspresi senang, Pacarku Lima Langkah untuk penggambaran ekspresi sombong, Buaya Buntung untuk penggambaran ekspresi marah, dan Kejora untuk penggambaran ekspresi sedih.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di UIB pengajar menggunakan buku “Sahabatku Indonesia” yang memuat kompetensi yang sesuai untuk pemelajar BIPA. Pada buku tersebut terdapat bagian yang menghadirkan wawasan keindonesiaan. Salah satu hal yang diceritakan oleh pengajar BIPA di UIB adalah cerita mengenai legenda Roro Jongrang. Melalui cerita ini, pengajar tidak hanya memperkenalkan legenda, tetapi juga nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya. Kisah Roro Jongrang menjadi cerminan kekayaan mitologi, nilai-nilai etika, dan identitas budaya Indonesia, memberikan dimensi baru bagi pemelajar dalam memahami keberagaman budaya Indonesia. Ini tidak hanya memperdalam pemahaman mereka terhadap Bahasa Indonesia, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar mereka.

Pembelajaran BIPA ini juga menjadi ajang pertukaran budaya dimana pemelajar dari Korea membagikan presentasi tentang perbandingan situasi cuaca di Korea dan Batam, serta impian-impian yang ia miliki ketika berada di Korea dan situasinya setelah pindah ke Batam. Dia juga menceritakan cara ia menggunakan fasilitas umum dan perjalanannya menuju Batam menggunakan ferry lewat Singapura. Presentasi semacam ini tidak hanya memberikan pemahaman tentang perbedaan lingkungan, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar dengan sudut pandang yang nyata dan mendalam.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) adalah ketika terjadi keterbatasan bahasa antara pemelajar BIPA dari Korea yang tidak fasih berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia, dan pengajar yang tidak menguasai bahasa Korea. Untuk mengatasi hal ini, pengajar menggunakan bantuan terjemahan daring untuk menjelaskan beberapa kata dan memberikan instruksi kepada pemelajar. Proses ini tidak hanya membantu pemelajar untuk memahami materi, tetapi juga memberikan pengalaman pembelajaran yang menyeluruh bagi pengajar, yang ikut belajar banyak tentang bahasa Korea dalam prosesnya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Universitas Internasional Batam (UIB) tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga merajut keberagaman budaya. Melalui program holistik yang memasukkan lagu dangdut, kisah legenda, serta penanganan tantangan bahasa, UIB membangun jembatan yang kokoh antara budaya-budaya dunia. Inisiatif ini membuktikan bagaimana BIPA di UIB bukan sekadar pembelajaran bahasa, melainkan juga perjalanan merajut dan memperkaya keanekaragaman budaya.

Baloi-Sei Ladi, Jl. Gajah Mada, Tiban Indah, Kec. Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau 29426
(0778) 7437111
Temukan kami

Telusuri