Penulis: Muhammad Ilham Ashiddiq Tresnawan, S.T., M.S.

Sumber: ChatGPT
Di dunia digital dan dunia teknologi, kata “hacker” telah menjadi istilah yang sangat dikenal, sering kali dikaitkan dengan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam memodifikasi sistem komputer atau perangkat lunak. Namun, makna kata ini telah berkembang dari awal yang jauh berbeda, berawal dari dunia akademik dan berkembang menjadi istilah yang sering diasosiasikan dengan peretasan dan aktivitas ilegal. Artikel ini akan mengupas asal mula kata “hacker”, perubahan maknanya, serta bagaimana istilah ini mempengaruhi dunia teknologi saat ini.
Kata “hacker” pertama kali muncul pada tahun 1960-an di kalangan komunitas mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT). Pada saat itu, istilah ini digunakan untuk menggambarkan para mahasiswa yang terampil dalam mengeksplorasi dan memodifikasi perangkat keras komputer dan sistem pemrograman. Para hacker ini tidak hanya memodifikasi sistem untuk kepentingan pribadi, tetapi lebih untuk memahami bagaimana suatu sistem bekerja dan untuk menciptakan inovasi baru dalam teknologi.
Saat itu, hacking lebih mengarah pada eksplorasi dan pemrograman kreatif. Para hacker MIT dikenal karena kemampuan teknis mereka dalam mencari cara-cara baru untuk meningkatkan fungsionalitas mesin atau bahkan untuk menemukan cara memecahkan masalah kompleks menggunakan komputer. Penggunaan istilah ini sangat positif pada awalnya, di mana hacker dianggap sebagai orang yang sangat terampil dalam dunia teknologi, mampu mengeksplorasi dan merancang sistem dengan cara yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Kata “hacker” sendiri diambil dari bahasa “hack”, yang dalam konteks awal ini berarti menciptakan solusi dengan cara yang cerdik dan tidak konvensional. Tidak ada niat jahat di baliknya, dan tidak ada ide untuk merusak atau mencuri. Hacking adalah tentang menciptakan sesuatu yang baru dengan cara yang inovatif, baik dalam dunia perangkat keras maupun perangkat lunak.
Namun, seiring berjalannya waktu, definisi dari “hacker” mulai bergeser. Seiring berkembangnya teknologi internet dan komunikasi digital, istilah ini mulai digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang mengeksploitasi celah keamanan dalam sistem komputer dan jaringan untuk tujuan pribadi, termasuk pencurian data dan perusakan sistem. Pada akhir 1980-an, perubahan makna ini semakin terasa, terutama ketika individu yang terlibat dalam aktivitas ilegal mulai menyalahgunakan istilah ini.
Pada 1980-an, istilah “hacker” mulai mendapat konotasi yang lebih negatif, karena para hacker ini tidak lagi hanya berkutat pada kegiatan kreatif dan inovatif, tetapi juga mulai terlibat dalam aktivitas peretasan yang merusak, seperti mengakses sistem tanpa izin, mencuri data, atau bahkan merusak jaringan besar untuk tujuan pribadi atau ideologi. Kejahatan dunia maya mulai muncul, dan hacker yang dulunya dikenal karena keahlian teknis mereka kini sering digambarkan sebagai individu yang terlibat dalam cybercrime.
Munculnya kelompok yang dikenal dengan istilah “black hat hackers” merujuk pada individu yang meretas sistem dengan tujuan merusak, mencuri informasi, atau bahkan untuk keuntungan finansial. Dalam kontras, para hacker yang memanfaatkan keahlian mereka untuk tujuan yang sah atau positif mulai dikenal dengan istilah “white hat hackers” atau “ethical hackers”, yang bekerja untuk meningkatkan keamanan sistem melalui pengujian penetrasi dan ethical hacking.
Dengan kemajuan teknologi komputer dan internet pada 1990-an, hacker mulai menjadi tokoh yang lebih dikenal dalam budaya populer, baik di film, buku, maupun media lainnya. Salah satu film yang paling terkenal pada waktu itu adalah “WarGames” (1983), yang menggambarkan seorang remaja yang tanpa sengaja meretas sistem pertahanan nuklir AS. Film ini menjadi salah satu titik balik di mana hacker mulai dipandang sebagai karakter yang bisa mengakses sistem-sistem penting dengan mudah, bahkan tanpa keahlian yang sangat mendalam.
Pada pertengahan 1990-an, film “Hackers” (1995) semakin mempopulerkan citra hacker di kalangan masyarakat luas. Dalam film ini, hacker digambarkan sebagai seorang pahlawan yang cerdas dan berbakat, meskipun aktivitas yang dilakukan oleh karakter-karakter tersebut berfokus pada peretasan yang bisa berisiko besar. Representasi ini memperkenalkan ide hacker sebagai individu yang mampu memanfaatkan keahlian teknis mereka untuk tujuan yang berbeda, baik positif maupun negatif.
Namun, meskipun budaya populer memperkenalkan hacker dengan cara yang lebih menarik, kenyataannya adalah bahwa banyak hacker terlibat dalam kegiatan cybercrime yang dapat menimbulkan kerugian besar, baik bagi individu maupun perusahaan. Hal ini semakin mengarah pada pembentukan industri keamanan siber untuk melawan ancaman yang datang dari peretasan dan aktivitas ilegal yang dilakukan oleh para hacker.
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah hacker telah terbagi menjadi dua kutub yang jelas. Di satu sisi, ada ethical hackers atau white hat hackers, yang menggunakan keahlian mereka untuk membantu organisasi mendeteksi celah-celah keamanan dan melindungi sistem mereka dari serangan. Mereka sering bekerja sama dengan perusahaan besar dan lembaga pemerintahan untuk meningkatkan keamanan siber.
Di sisi lain, ada black hat hackers yang melakukan peretasan dan eksploitasi untuk keuntungan pribadi atau untuk merusak sistem tanpa izin. Kelompok ini terlibat dalam berbagai tindakan ilegal, seperti pencurian identitas, pencurian data, penipuan online, dan serangan DDoS.
Penting untuk membedakan antara kedua kelompok ini, karena mereka memainkan peran yang sangat berbeda dalam dunia teknologi. White hat hackers secara aktif membantu melindungi data dan infrastruktur, sementara black hat hackers mengeksploitasi kerentanannya untuk keuntungan pribadi.
Kata “hacker” telah mengalami evolusi yang signifikan sejak pertama kali digunakan di komunitas MIT pada 1960-an. Pada awalnya, hacker adalah individu yang terampil dan kreatif dalam dunia komputer, namun, seiring berjalannya waktu, istilah ini mengalami pergeseran makna menjadi lebih negatif karena keterlibatannya dalam cybercrime. Meskipun begitu, kita tidak boleh mengabaikan kontribusi positif yang diberikan oleh ethical hackers dalam melindungi sistem dan informasi sensitif dari ancaman luar.
Dengan perkembangan pesat teknologi dan meningkatnya ancaman dunia maya, penting bagi kita untuk lebih memahami siapa hacker yang sebenarnya dan apa peran mereka dalam keamanan dunia digital. Sebagai bagian dari dunia yang semakin terhubung, kita semua perlu menyadari pentingnya perlindungan data dan bagaimana hacker memainkan peran penting dalam dunia keamanan siber.
🔍 Tertarik mendalami Teknologi Informasi? Cek Program Studi Teknologi Informasi UIB dan pilih peminatanmu: Cloud Engineering, Smart Systems, atau Cyber Intelligence. Segera daftarkan dirimu di Pendaftran Program Sarjana Teknologi Informasi.
Editor: Ambarwulan, S.T.
Referensi
- Thomas, D. (1995). The Hacker Crackdown: Law and Disorder on the Electronic Frontier. Bantam Books.
- Coleman, E. (2013). Code of Silence: A History of Hacking and Hacker Culture. MIT Press.
- Denning, D. (2001). Information Warfare and Security. ACM Press.
- Kaspersky. (2022). The Evolution of Cybersecurity Threats and the Role of Hackers. Tersedia di: https://www.kaspersky.com/blog/hacker-history/
- Zetter, K. (2015). Countdown to Zero Day: Stuxnet and the Launch of the World’s First Digital Weapon. Crown Publishing Group.
- Moore, T., & Clayton, R. (2007). The Economics of Online Crime. Journal of Economic Perspectives, 21(3), 3-20.
- Clark, R., & Knox, W. (2021). Internet Security: The Challenges and Solutions for the Digital Age. Wiley.


