Digital Fatigue: Bahaya Laten dari Kelebihan Paparan Teknologi

Penulis: Muhammad Ilham Ashiddiq Tresnawan, S.T., M.S.

Sumber: Gemini

Perkembangan teknologi digital telah menghadirkan revolusi besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi menjadi instan, pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat, dan informasi tersedia dalam genggaman tanpa batas waktu maupun ruang. Transformasi ini menjadikan perangkat digital sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Namun, di balik semua kemudahan tersebut, muncul fenomena baru yang jarang disadari tetapi semakin nyata dampaknya, yaitu Digital Fatigue atau kelelahan digital.

Digital Fatigue dapat dipahami sebagai kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional akibat paparan teknologi yang berlebihan. Fenomena ini bukan sekadar rasa lelah biasa karena terlalu lama bekerja, melainkan mencakup stres psikologis akibat tuntutan untuk selalu online, derasnya arus informasi yang tak kunjung berhenti, serta distraksi konstan dari perangkat digital. Dengan kata lain, Digital Fatigue adalah sisi lain dari kemajuan teknologi yang seakan tidak pernah memberi ruang bagi manusia untuk benar-benar beristirahat.

Fenomena ini semakin relevan di tengah tren kerja jarak jauh dan pembelajaran daring. Karyawan dan mahasiswa kini menghabiskan waktu berjam-jam berpindah dari satu aplikasi konferensi video ke platform kolaborasi digital lainnya. Mata yang terus menatap layar, tubuh yang jarang bergerak, serta otak yang dipaksa memproses terlalu banyak informasi membuat banyak orang mengalami kelelahan menyeluruh. Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya konsentrasi, meningkatnya kecemasan, rasa jenuh berkepanjangan, hingga gangguan tidur yang memengaruhi kualitas hidup.

Paparan layar yang berlebihan menjadi salah satu penyebab utama. Rata-rata individu dewasa kini menghabiskan enam hingga delapan jam per hari di depan layar, baik untuk kepentingan pekerjaan maupun hiburan. Durasi yang panjang ini tidak hanya menguras tenaga fisik, tetapi juga menekan fungsi kognitif.

Notifikasi yang terus berbunyi tanpa henti menambah tekanan. Setiap pemberitahuan menciptakan dorongan psikologis untuk segera membuka perangkat, sehingga fokus mudah terpecah dan produktivitas terganggu. Hal ini diperburuk dengan arus informasi yang berlimpah. Data dan konten yang datang dari berbagai kanal membuat otak kewalahan menyaring mana yang relevan, sehingga timbul kelelahan mental akibat pemrosesan informasi yang berlebihan.

Kurangnya manajemen waktu digital juga menjadi faktor penting. Banyak orang tidak menyadari berapa lama waktu yang dihabiskan di dunia digital karena minimnya kontrol terhadap penggunaan perangkat. Akibatnya, batas antara aktivitas yang benar-benar dibutuhkan dengan kebiasaan yang berlebihan menjadi kabur. Kondisi ini perlahan-lahan menjerat individu dalam pola hidup yang tidak seimbang, di mana dunia digital mendominasi ruang personal maupun profesional.

Dampak Digital Fatigue dapat dirasakan dalam berbagai lapisan kehidupan. Pada tingkat individu, kondisi ini menurunkan produktivitas, mengurangi motivasi, serta mengganggu kesehatan mental. Pada tingkat organisasi, pekerja yang mengalami kelelahan digital berisiko mengalami penurunan kinerja dan burnout yang berdampak pada keberlangsungan bisnis. Sementara dalam konteks sosial, fenomena ini menciptakan isolasi yang halus, di mana manusia semakin tenggelam dalam interaksi digital dan melupakan pentingnya hubungan nyata di dunia offline.

Menghadapi situasi ini, kesadaran digital menjadi kunci utama. Individu perlu mulai menerapkan prinsip minimalisme digital dengan menggunakan teknologi secara selektif sesuai kebutuhan, bukan sekadar mengikuti dorongan instan. Mengatur batas waktu penggunaan perangkat, mematikan notifikasi yang tidak penting, serta menjadwalkan waktu khusus untuk beristirahat dari layar adalah langkah-langkah sederhana namun signifikan. Di sisi lain, organisasi juga memegang peran penting dengan membangun budaya kerja yang lebih sehat, misalnya membatasi jumlah rapat daring dan memberikan ruang bagi pekerja untuk beristirahat dari paparan digital.

Digital Fatigue adalah peringatan bahwa teknologi, meski membawa banyak kemudahan, dapat berubah menjadi beban ketika digunakan secara berlebihan. Jika tidak diantisipasi, dampaknya bukan hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga pada keseimbangan mental dan kualitas relasi sosial. Oleh karena itu, penggunaan teknologi secara bijak harus menjadi komitmen bersama agar manfaat dari dunia digital dapat terus dirasakan tanpa harus mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan manusia.

🔍 Tertarik mendalami Teknologi Informasi? Cek Program Studi Teknologi Informasi  UIB dan pilih peminatanmu: Cloud Engineering, Smart Systems, atau Cyber Intelligence. Segera daftarkan dirimu di Pendaftran Program Sarjana Teknologi Informasi.

Editor: Ambarwulan, S.T.

Referensi

  1. Effects of Excessive Screen Time on Child Development PMC / NCBI: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10353947/
  2. Screen Time and Stress: understanding how digital burnout BMC Nursing: https://bmcnurs.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12912-025-03621-9
  3. The Hazards of Excessive Screen Time: Impacts on Physical Health, Mental Health, Mood Disorders PMC / NCBI: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10852174/
  4. Digital Fatigue | Deloitte Insights: https://www.deloitte.com/us/en/insights/industry/telecommunications/connectivity-mobile-trends-survey/2023/connected-consumers-digital-fatigue.html
  5. Understanding Digital Fatigue and Its Impact on College Students Honors Society: https://www.honorsociety.org/articles/understanding-digital-fatigue-and-its-impact-college-students

Baloi-Sei Ladi, Jl. Gajah Mada, Tiban Indah, Kec. Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau 29426
(0778) 7437111
Temukan kami

Telusuri