Penulis: Singgih Bayu I H, S.Tr.Ak., M.Akun.
Pendahuluan
Perubahan iklim saat ini bukan lagi sebuah fenomena masa depan namun sebuah peristiwa yang sedang terjadi di era saat ini. Gelombang panas ekstream, banjir, kekeringan dan naiknya air laut menjadi peringatan yang serius bahwa semua aktivitas manusia berdampak pada keberlanjutan bumi. Dalam hal ekonomi, bisnis dan akuntansi ditntut untuk terus memberikan dampak nyata terhadap keberlanjutan bumi. Konsep yang mendapat perhatian globak khususnya bidang Akuntansi yaitu Green Accounting.
Apa Green Accounting?
Green Accounting adalah pendekatan akuntansi yang didalamnya memperhitungkan biaya dan mandaan lingkungan dalam laporan keuangan perusahaan. Artinya, laba atau rugi perusahaan tidak hanya dihuitung dari pendapatan dan biaya operasional namun memperhitungkan dampak ekologis. Seperti contohnya yaitu : polusi, emisi karbon, penggunaan energi, dan pengelolahan limbah industri. Dengan system ini, perusahaan tidak hanya dinilai dari besarnya labara, namun bagaimana sebuah proses bisnis itu dapat bertanggung jawab dan berkelanjutan terhadap aspek lingkungan.

Sumber: stock.adobe.com
Perkembangan di Era Perubahan Iklim
Dalam satu dekade ini, akuntansi hijau berkembang pesat karena beberapa faktor global:
1. Tekanan akibat perubahan iklim (Climate preasure)
Pemerintah dan Masyarakat menuntut transparansi atas damapak lingkungan bisnisnya. Perusahaan kini diminta melaporkan carbon footprint dan strategi adaptasi iklim.
2. Kebijakan dan regulasi global
Banyak negara sudah menerapkan regulasi yang mewajibkan Environmental, Social, dan Governance (ESG) Reporting. Uni Eropa bahkan telah menetapkan standar pelaporan keberlanjutan (Corporate Sustainability Reporting Directive – CSRD). Dan standar ESG reporting secara global yaitu GRI Initiative.
3. Perubahan perilaku investor
Investor kini lebih memilih perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan. Green accounting membantu menunjukkan kinerja lingkungan yang menarik modal keberlanjutan (green investment).
Situasi di Indonesia
Di Indonesia, kesadaran akan akuntansi hijau mulai meningkat, terutama di sektor pertambangan, energi, dan manufaktur. Beberapa perusahaan besar sudah mengadopsi Sustainability Report yang mengintegrasikan prinsip green accounting.
Namun, tantangannya masih besar:
- Standar baku nasional terkait pelaporan akuntansi lingkungan atau Standar pengungkapan keberlanjutan baru berlaku efektif per 1 Janauari 2027 .
- Biaya implementasi sistem masih tinggi bagi UMKM.

Masa Depan Green Accounting
Ke depan, green accounting akan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pelaporan keuangan global. Perusahaan yang gagal menyesuaikan diri berisiko kehilangan kepercayaan publik dan investor. Sebaliknya, organisasi yang menerapkan akuntansi hijau akan mendapatkan nilai tambah reputasi, efisiensi energi, dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Kesimpulan
Green Accounting bukan sekadar tren, melainkan strategi bertahan hidup di era perubahan iklim. Akuntansi kini bukan hanya berbicara tentang angka, tetapi juga tentang moral, tanggung jawab sosial, dan masa depan bumi.
Perubahan paradigma ini menjadi kunci menuju ekonomi hijau yang adil dan berkelanjutan.
Editor: Erizal Wibisono S, S.Ak., M.Acc


