Penulis: Novelly Lutfia Hapsar (2512038) – Program Studi Arsitektur
Abstrak
Iklim memiliki peran besar dalam menentukan bagaimana sebuah bangunan dirancang, terutama dalam hal kenyamanan dan efisiensi energi. Artikel ini membahas pengaruh suhu, arah angin, dan kelembapan bisa mempengaruhi ke dalam sistem ventilasi bangunan. Pembahasan diambil dari berbagai sumber yang menyoroti ventilasi alami pada bangunan di wilayah tropis. Dari hasilnya dapat dilihat jika posisi bukaan arah bangunan, serta pemilihan material sangat berpengaruh ke sirkulasi udara dan suhu di dalam ruangan. Karna itu memahami kondisi iklim menjadi hal penting agar rancangan bangunan dapat lebih nyaman sekaligus ramah lingkungan.
Kata kunci: iklim, ventilasi, arsitektur, kenyamanan termal.
Pendahuluan
Iklim merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi bentuk serta kenyamanan sebuah bangunan. Setiap wilayah mempunyai karakter iklim yang berbeda, mulai dari suhu, arah angin, hingga kelembapan udara, yang semuanya berperan dalam proses perancangan arsitektur agar sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Bangunan yang dirancang tanpa mempertimbangkan faktor iklim umumnya kurang nyaman secara termal dan cenderung boros dalam penggunaan energi.
Salah satu aspek bangunan yang paling dipengaruhi kondisi iklim adalah sistem ventilasi, ventilasi yang tidak sesuai dengan arah angin atau suhu sekitar bisa menyebabkan sirkulasi udara tidak optimal. Karena itu, penting untuk memahami hubungan antara iklim dan sistem ventilasi agar desain bangunan dapat lebih efisien, hemat energi dan ramah lingkungan. Artikel ini membahas bagaimana iklim berpengaruh terhadap sistem ventilasi bangunan serta strategi desain yang dapat menyesuaikan dengan kondisi iklim di sekitarnya.
Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi literatur dan studi kasus. Data dikumpul dari berbagai sumber, seperti jurnal ilmiah dan artikel daring yang membahas hubungan antara iklim dan sistem ventilasi bangunan. Dari hasil pengumpulan data tersebut, dilakukan analisis mengenai bagaimana faktor faktor iklim memengaruhi sistem ventilasi alami. Sebagai contoh kasus, digunakan bangunan Green School Bali yang dikenal memiliki desain terbuka dan responsif terhadap iklim tropis.
Pembahasan
Kondisi iklim dan pengaruhnya terhadap bangunan

Iklim tropis indonesia ditandai dengan suhu yang tinggi dan kelembapan udara yang besar sepanjang tahun. kondisi ini menuntut bangunan untuk memiliki sistem ventilasi yang baik agar udara dalam ruangan dapat mengalir bebas dan panas tidak terperangkap hanya di dalam ruangan saja. Green School Bali menjadi contoh nyata bagaimana desain bangunan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim tropis. Bangunan ini memanfaatkan material alami seperti bambu dan atap ijuk, yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan suhu, sekaligus memperlancar sirkulasi udara.
Dampak ventilasi terhadap kenyamanan termal
Ventilasi alami pada Green School Bali berperan penting dalam menjaga kenyamanan termal. Karena bangunan ini tidak menggunakan dinding tertutup penuh, melainkan memiliki banyak celah dan bukaan yang bisa untuk mengalirnya udara untuk keluar masuk. Dengan menerapkan sistem ventilasi silang (cross ventilation), suhu dalam ruangan tetap sejuk dan nyaman walaupun suhu di luar ruangan cukup tinggi. Kondisi ini membuat kegiatan belajar mengajar dan aktivitas di sekolah tetap nyaman tanpa perlu pendingin udara buatan.
Strategi desain ventilasi yang adaptif terhada iklim

Desain ventilasi di bangunan Green School Bali ini sangat menyesuaikan terhadap iklim setempat. Selain memanfaatkan ventilasi alami, bentuk atap yang melengkung dapat membantu mengalirkan udara panas ke atas dan mengluarkannya dari ruangan. Penataan ruang terbuka dan vegetasi disekitar bangunan juga mendukung sirkulasi udara yang segar. Pendekatan ini menunjukan bahwa desain arsitektur dapat menyatu dengan alam dan menjawab tantangan iklim tropis secara efisien serta berkelanjutan.
Peran material dan tata ruang dalam sistem ventilasi

Pemilihan material memiliki pengaruh besar terhadap kenyamanan termal. Material alami seperti bambu, kayu dan ijuk yang digunakan di Green School Bali ini bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga memungkinkan sirkulasi udara berlangsung secara alami karena sifatnya yang dapat “bernapas”. Permukaan bambu yang berpori membantu pertukaran udara dan kelembapan secara alami, sehingga suhu dalam ruangan lebih stabil dan tidak gampang panas.

Selain itu, penataan ruang juga berperan penting dalam arah sirkulasi udara. Di Green School Bali, ruang ruang diatur terbuka mengikuti arah angin utama, sehingga udaranya dapat mengalir menyilang dari satu sisi ke sisi lainnya. Ruang terbuka ditengah sekolah dapat berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara sekaligus area sejuk alami yang menyeimbangkan suhu di sekitar bangunan. Dengan cara ini, kenyamanan termal bisa dicapai tanpa bantuan alat pendingin buatan.
Pendekatan seperti ini bisa dijadikan contoh untuk bangunan lain di daerah tropis Indonesia. Banyak gedung modern sekarang lebih mengandalkan pendingin udara buatan, padahal jika sistem ventilasinya dirancang dengan baik, udara alami sudah cukup untuk menjaga kenyamanan ruang. Selain hemat energi, desain seperti ini juga bisa membantu mengurangi dampak pemanasan global karna pemakaian listrik jadi lebih sedikit.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang udah dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim punya pengaruh besar terhadap sistem ventilasi di bangunan, setiap daerah dengan kondisi cuaca dan arah angin yang berbeda pasti membutuhkan cara penanganan ventilasi yang berbeda pula. Ventilasi alami yang dirancang sesuai iklim bisa membantu meningkatkan kenyamanan didalam ruangan tanpa harus terlalu bergantung dengan alat pendingin.
Contohnya dapat dilihat di Green School Bali, desainnya yang terbuka dan menyesuaikan dengan iklim tropis disana. Dari situ kita bisa lihat kalau pemanfaatan udara alami dan material yang tepat bisa membuat bangunan lebih hemat energi dan tetap nyaman. Ke depannya, arsitek diharapkan bisa lebih memperhatikan faktor iklim dari awal proses desain, terutama soal arah bangunan, posisi bukaan, dan bahan yang dipakai. Agar hasilnya lebih ramah lingkungan dan efisien secara energi.
Dan penting juga buat arsitek masa kini untuk mulai menerapkan pendekatan desain yang lebih sadar lingkungan. Karna pemanfaatan ventilasi alami, pencahayaan alami, serta pemilihan material lokal bisa menjadi langkah nyata untuk menciptakan bangunan yang hemat energi dan tetap nyaman untuk dihuni. Dengan menyesuaikan rancangan terhadap kondisi iklim setempat, setiap bangunan bisa punya karakter yang unik tapi tetap selaras dengan alam. Prinsip ini bukan hanya berkaitan untuk proyek besar seperti sekolah atau gedung publik, tapi juga bisa diterapkan di hunian sederhana seperti rumah, agar lebih sehat dan berkelanjutan.
Tidak hanya dari sisi perancang saja, peran pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam mewujudkan arsitektur yang peka terhadap iklim. Kalau sejak awal calon arsitek dan desainer sudah dibiasakan memahami hubungan antar iklim dan kenyamanan ruang, maka hasil desainnya akan lebih bijak dan efisien. Kesadaran ini juga bisa mendorong masyarakat untuk lebih menghargai bangunan yang ramah lingkungan, bukan hanya dari tampilan, tapi juga dari cara bangunan itu beradaptasi dengan alam sekitarnya. Dengan begitu, penerapan desain berkelanjutan bisa benar-benar menjadi budaya, bukan sekedar tren sementara.
Editor: Ambarwulan, S.T.
Daftar Pustaka
1. Irfandi. (2015). Pengaruh Iklim Dalam Perancangan Arsitektur. Jurnal NALARs, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Diakses dari https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/618/578
2. Rahman, M. (2019). Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk Dan Bahan Arsitektur Bangunan. Diakses dari https://www.neliti.com/publications/297573/pengaruh-iklim-terhadap-dan-bahan-arsitektur-bangunan


