Penulis: dr. Muhammad Lingga Primananda, Sp.OG

Sumber: Google Gemini
Kehamilan adalah masa bahagia sekaligus masa rentan bagi ibu dan bayi. Normalnya, ibu hamil akan mengalami banyak perubahan termasuk perubahan tekanan darah. Namun, perubahan tekanan darah yang menjadi terlalu tinggi (>140/90 mmHg) bisa membawa bahaya serius. Hipertensi kehamilan atau gangguan tekanan darah saat hamil, termasuk salah satu penyakit serius yang menyebabkan kematian ibu serta bayi di Indonesia.
Jenis‑jenis hipertensi pada kehamilan antara lain:
- Hipertensi gestasional: muncul setelah 20 minggu kehamilan, pada ibu yang sebelumnya tidak punya hipertensi.
- Preeklamsia: hipertensi dengan gejala tambahan seperti protein dalam urin (menandakan ginjal terganggu), pembengkakan, atau gangguan pada organ lain.
- Hipertensi kronis: sudah ada sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Prevalensi & Data Terkini
Berikut beberapa penelitian terbaru di Indonesia, di Kepulauan Riau, dan di Kota Batam:
- Sebuah penelitian di RS Sentra Medika Cikarang menemukan prevalensi preeklamsia sekitar 9,4% dari semua ibu yang melahirkan di rumah sakit tersebut.
- Di RSUP Dr. M. Djamil Padang, dalam penelitian terhadap wanita hamil, prevalensi preeklamsia berat berada di angka sekitar 5,3% dengan beragam faktor risiko terkait.
- Di Makassar, di RSIA Sitti Khadijah I Muhammadiyah, penelitian tahun 2023 melaporkan bahwa dari ibu‑ibu yang teridentifikasi dengan preeklamsia, sekitar 36,7% termasuk preeklamsia biasa dan sisanya masuk kategori preeklamsia berat.
- Di Batam, di RSUD Embung Fatimah, Batam (2017), dari 108 ibu bersalin, 45 orang (≈41,7 %) mengalami preeklamsia; sedangkan 42 orang (≈38,9 %) memiliki catatan riwayat hipertensi.
- Selain itu, hingga Juni 2025, Dinas Kesehatan Kota Batam juga mencatat bahwa mayoritas kematian ibu hamil disebabkan oleh perdarahan dan preeklamsia. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2025 mencapai 90 per 100.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian ibu sebanyak 9 orang.
Faktor Risiko
Beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil:
- Usia ibu
Ibu yang terlalu muda (misalnya < 20 tahun) atau lebih tua (misalnya > 35 tahun) lebih rentan. - Obesitas atau berat badan sebelum kehamilan tinggi
Penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan indeks massa tubuh tinggi atau kenaikan berat badan selama kehamilan sangat berpengaruh. - Riwayat hipertensi atau preeklamsia sebelumnya
Bila ibu atau keluarganya pernah mengalami preeklamsia atau hipertensi, risiko meningkat. - Gravida / Paritas
Ibu yang hamil pertama (primigravida) atau yang sudah banyak kehamilan bisa memiliki risiko berbeda. - Faktor nutrisi dan gaya hidup
Konsumsi gizi buruk, jarak kehamilan yang terlalu dekat, obesitas, kurang olahraga, atau pola makan tinggi garam dapat memperparah risiko.
Dampak bagi Ibu & Bayi
Jika hipertensi kehamilan tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik, berikut beberapa bahaya yang mungkin terjadi:
- Untuk ibu
- Risiko preeklamsia berubah menjadi preeklamsia berat atau bahkan eklampsia (kejang-kejang).
- Kerusakan organ seperti ginjal, hati, dan masalah pembekuan darah.
- Gangguan penglihatan, sakit kepala berat, dan kemungkinan kematian maternal.
- Komplikasi paska kelahiran seperti hipertensi kronis atau penyakit jantung di masa depan.
- Untuk bayi
- Berat badan lahir rendah (BBLR) karena aliran nutrisi dan oksigen ke plasenta terganggu.
- Kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya).
- Resiko asfiksia lahir (kekurangan oksigen saat bersalin).
- Gangguan tumbuh kembang jika bayi dan ibu tidak mendapatkan perawatan yang baik.
Cara Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Untuk mengurangi risiko dan mencegah komplikasi akibat hipertensi kehamilan, ini beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh ibu hamil dan keluarganya:
- Pemeriksaan kehamilan rutin
Datang ke posyandu, bidan, atau klinik dan wajib ke dokter spesialis kandungan/ SpOG secara berkala agar tekanan darah diukur, urin diperiksa, dan pertumbuhan janin dipantau. - Kenali tanda bahaya
Jika merasakan sakit kepala berat, pandangan kabur, kaki tangan membengkak, atau keluarnya urin berbusa, segeralah cari bantuan medis. - Perbaiki gaya hidup
- Konsumsi makanan bergizi, batasi asupan garam.
- Pastikan cukup tidur dan jangan stres berlebihan.
- Lakukan aktivitas fisik ringan sesuai petunjuk dokter atau bidan.
- Jaga berat badan agar tidak terlalu naik secara drastis selama kehamilan.
- Pengelolaan medis kalau diperlukan
Jika dokter mendeteksi hipertensi tinggi, mungkin perlu obat, rawat inap, atau pemantauan lebih ketat. - Edukasi dan dukungan
Keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan harus saling mendukung ibu hamil agar mendapatkan informasi yang benar dan tindakan yang tepat sejak dini.
Hipertensi dalam kehamilan adalah masalah serius yang bisa membawa dampak berat bagi ibu dan bayi. Data dari beberapa penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa preeklamsia masih cukup umum, dan banyak faktor risiko yang berkontribusi.
Pencegahan lewat pemeriksaan rutin, gaya hidup sehat, dan pengenalan tanda bahaya sangat penting agar kehamilan bisa berjalan dengan aman. Jika Anda adalah ibu hamil atau keluarga, jangan ragu berkonsultasi ke layanan kesehatan Anda, dan pastikan tekanan darah diperiksa setiap kali kontrol kehamilan.
Editor: Ambarwulan, S.T.
Referensi
- “Preeclampsia Increases the Risk of Low Birth Weight, Case‑Control Study at Gondo Suwarno Ungaran Hospital.” (2025) (proceeding.unnes.ac.id)
- “Prevalence and Associated Factors of Severe Preeclampsia Among Pregnant Women” – Dr. M. Djamil Padang. (gpijournal.com)
- “Karakteristik Pasien Preeklampsia di RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Makassar Tahun 2023.” (Journal Universitas Pahlawan)
- “Prevalensi Preeklampsia dan Faktor yang Berhubungan di RS Sentra Medika Cikarang” (2022 data, diterbitkan 2023) (studentjournal.umpo.ac.id)
- “Gestational Weight Gain and Risk of Preeclampsia: A Case‑Control Study” (obgynia.com)
- “Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin Di RSUD Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2017” (2017) (ejurnal.univbatam.ac.id)
- “Hipertensi Jadi Penyakit Terbanyak di Batam dengan 7.407 Kasus” (2025) (ANTARA News Kepri)


