Penulis: dr. Johannes P Gultom, Sp.An-Ti
Sumber: Generate By ChatGPT AI
Suatu hari seorang pasien yang sedang saya lakukan evaluasi preoperative berkata demikian, “saya memang darah tinggi sudah lama dok, biasa di kisaran 160 sampai 200, tapi aman – aman saja, tidak pernah sakit kepala, badan saya tergolong kuat dok.” Apakah benar demikian? Perkataan ini sering saya dengar dari pasien yang dominan umurnya belum terlalu tua berkisar 30 sampai 50 tahunan. Apakah benar demikian? Seberapa mampu tubuh (dalam hal ini organ vital) menahan beban dengan tekanan tinggi dalam waktu lama? Apa yang terjadi saat kita yang mempunyai tekanan darah tinggi dilakukan tindakan pembiusan?
Fisiologi kerja tekanan darah
Jantung sebagai pusat pompa akan mengalirkan darah bersih yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, dengan target organ vital (otak, paru, hati, limfe, ginjal, dan jaringan lain) melalui pembuluh darah, dan menarik Kembali darah kotor yang mengangkut carbondioksida, kembali ke jantung untuk dikeluarkan melalui paru – paru melalui mekanisme yang kompleks.
Dalam melakukan penyaluran darah tadi ke seluruh tubuh, pembuluh darah mempunyai kerja automatis yang dikendalikan fungsinya oleh otak melalui mekanisme autoregulasi. Mekanisme ini memungkinkan pembuluh darah meregang (melebar) atau mengecil sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pernah mengalami pitam saat perubahan posisi mendadak dari tidur ke berdiri diikuti oleh gejala mual atau muntah? Nah mekanisme ini salah satu tehnik autoregulasi tadi yang bisa kita lihat langsung. Hal ini juga yang menjelaskan mengapa tekanan darah kita bisa berubah – ubah dalam beberapa kali pengukuran di waktu yang sama.
Jantung ibaratnya balon bisa mengembang dan mengecil sesuai dengan kebutuhan dan kompensasi yang dibutuhkan tubuh. Mekanisme ini tentunya juga mempunyai batas yang tidak sama disetiap orang. Pada batas kemampuannya melakukan hal ini maka seseorang akan jatuh dalam kondisi gagal jantung akibat terlalu seringnya jantung menahan beban berat akibat tekanan darah yang tinggi.
Anestesia pada kondisi hipertensi
Tindakan Anestesia (pembiusan) untuk kepentingan medis seperti pembedahan mempunyai trias yang meliputi sedasi hipnotik, analgesia dan relaksasi. Kondisi trias ini didapatkan dengan pemberian obat – obatan Anestesis yang hampir keseluruhannya mempunyai efek menurunkan tekanan darah melalui mekanisme pelebaran pembuluh darah dan menekan kinerja jantung, otak dan paru.
Saat obat Anestesia masuk ke dalam tubuh seseorang maka mekanisme yang terjadi adalah penurunan kesadaran, henti nafas dan penurunan tekanan darah akibat penekanan kinerja jantung. Mekanisme autoregulasi yang kita sebutkan diatas tadi tidak akan berjalan dalam kondisi ini, karena otak telah dihambat signaling ke seluruh reseptor termasuk pembuluh darah. Kondisi yang terjadi kemudian adalah tekanan darah yang biasa tinggi yang diperlukan untuk mencapai organ – organ penting tadi sudah tidak bisa didapat, sehingga organ penting tersebut akan mulai terjadi gangguan fungsi dengan sangat cepat.
Contoh gangguan fungsi yang terjadi pada otak bisa terjadi stroke iskemik, pada jantung kemampuan pompanya menjadi lemah, pada hati gangguan kinerja penyaringan, pada ginjal urine bisa turun produksinya karena kinerja nya melemah, dan banyak lainnya. Pasien pasca pembedahan bisa mengalami kondisi kritis karena hal ini. Bayangkan apabila yang terjadi adalah gagal pompa dari jantung, maka kematian dimeja operasi akan sulit dihindari. Maka seorang dokter Anestesi akan berperan penting dalam gejolak Hemodinamik, capaian perfusi tiap organ penting pada fase awal pembiusan sampai kembalinya kesadaran pasien setelah tindakan pembedahan atau diagnostik tadi selesai dilakukan.
Apa yang harus dilakukan
Pentingnya menjaga kondisi tubuh tetap baik dengan gaya hidup sehat. Apabila kita sudah mengalami hipertensi, maka konsultasikan sedini mungkin dengan dokter agar kualitas hidup akan terjaga tetap baik.
Apa yang menjadi perhatian penting bagi kita saat akan menjalani tindakan Anestesi untuk pembedahan atau diagnostik? Sampaikan kondisi sebenarnya kepada dokter Anestesi yang akan menangani, baik itu riwayat penyakit terdahulu dan saat ini, riwayat pemakaian obat – obatan apapun termasuk herbal. Apapun yang menjadi keluhan saat ini atau yang pernah dirasakan sebelumnya. Riwayat alergi obat ataupun alergi terhadap bahan tertentu. Maka dokter Anestesi akan berkolaborasi dengan dokter spesialis lainnya bila diperlukan untuk melakukan optimalisasi terhadap kondisi tubuh sehingga tindakan pembiusan dan pembedahan dapat bejalan baik dan aman.
Editor: Gilang Ananda, S.Kom
Referensi
- Preoperative Hypertension : Perioperative implications and management, A.Tait, 2022, Preoperative hypertension: perioperative implications and management
- Health Threads from high blood pressure, American Heart Association, 2025, Health Threats from High Blood Pressure | American Heart Association
- Pathofisiology of hypertension : The mosaic theory and beyond, journal of American Heart Association, David G. Harrison, 2021, Pathophysiology of Hypertension | Circulation Research