Penulis: Ariel Hutapea (2412023) | Editor: Ambarwulan, S.T.
Batam, 15 September 2025 Program Sarjana Arsitektur Universitas Internasional Batam (UIB) bersama Assoc. Prof. Stivani Ayuning Suwarlan, S.T., M.T., Ph.D., selaku Kepala Program Sarjana Arsitektur UIB, mengikuti Rapat Kerja Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) yang merupakan salah satu agenda penting dalam rangkaian Equator Architecture Forum (EAF) 2025 di Pontianak.
Kegiatan ini diselenggarakan secara Hybrid, memungkinkan partisipasi luas dari berbagai daerah di Indonesia, baik melalui kehadiran langsung di Pontianak maupun secara daring. Konsep ini tidak hanya memperluas jangkauan peserta, tetapi juga memastikan bahwa diskusi dan gagasan yang dihasilkan dapat diakses secara inklusif oleh akademisi, praktisi, peneliti, hingga mahasiswa arsitektur di seluruh Tanah Air.
Agenda kegiatan meliputi Rapat Kerja Nasional APTARI yang membahas arah kebijakan dan pengembangan pendidikan arsitektur di Indonesia, seminar “Peta Jalan Menjadi Arsitek” yang dipaparkan oleh Komite Sertifikasi Dewan Arsitek Indonesia untuk memberikan pemahaman tentang proses sertifikasi profesi arsitek, serta Rangkuman Hasil Pokja dari masing-masing program studi arsitektur yang mempresentasikan hasil diskusi dan rekomendasi strategis terkait kurikulum, riset, dan pengembangan sumber daya manusia di bidang arsitektur.
(Diskusi Rakernas APTARI)
Salah satu sesi yang menarik perhatian para peserta adalah Seminar “Peta Jalan Menjadi Arsitek” yang dipaparkan oleh Ar. Aswin Indraprastha, Ph.D., IAI selaku Komite Sertifikasi Dewan Arsitek Indonesia. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menjadi seorang arsitek. Melalui sesi ini, para peserta memperoleh pemahaman komprehensif mengenai lima langkah utama untuk menjadi arsitek teregistrasi (STRA) serta enam langkah menuju arsitek berlisensi.
Tahapan tersebut dimulai dari penyelesaian pendidikan Sarjana Arsitektur (S.Ars/S1), dilanjutkan dengan magang sebagai asisten pemula arsitek, kemudian melanjutkan ke pendidikan profesi atau S2 arsitektur. Setelah itu, calon arsitek diwajibkan menyelesaikan magang kerja minimal 400 jam sebagai asisten arsitek sebelum mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Teregistrasi Arsitek (STRA). Bagi mereka yang ingin melangkah lebih jauh, tahap akhir adalah mengikuti Uji Lisensi untuk meraih status Arsitek Berlisensi yang diakui secara profesional di Indonesia.
(Penyampaian Hasil Pokja)
Setelah sesi Seminar “Peta Jalan Menjadi Arsitek” berakhir, rangkaian dilanjutkan dengan pembahasan terkait Rangkuman Hasil Pokja dari masing-masing kelompok kerja (Pokja) yang telah berdiskusi sejak pagi. Sesi ini menjadi momen penting untuk memaparkan hasil diskusi, rekomendasi, serta kesepakatan strategis yang dirumuskan oleh para peserta dari berbagai bidang mulai dari pendidikan arsitektur, praktik profesional, hingga penelitian lingkungan binaan.
Melalui rangkuman ini, setiap Pokja menyampaikan poin-poin utama yang dihasilkan, termasuk usulan kebijakan, pengembangan kurikulum pendidikan arsitektur, peningkatan kualitas riset, hingga strategi kolaborasi lintas institusi untuk memperkuat ekosistem arsitektur berkelanjutan di Indonesia. Sesi ini berlangsung interaktif, dengan para peserta forum baik yang hadir langsung di Pontianak maupun yang bergabung secara daring dapat memberikan masukan dan tanggapan untuk penyempurnaan hasil pembahasan.
Rangkuman Hasil Pokja menjadi jembatan antara diskusi teoritis dengan langkah-langkah praktis yang dapat diimplementasikan oleh asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan pemerintah, sehingga hasil forum tidak hanya berhenti sebagai wacana, tetapi dapat diwujudkan menjadi program nyata yang berdampak luas bagi perkembangan arsitektur Indonesia.
(Foto Bersama Para Narasumber, Moderator, dan Peserta Kegiatan RAKERNAS)
Sebagai penutup rangkaian Rapat Kerja Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) yang menjadi salah satu agenda penting dalam Equator Architecture Forum (EAF) 2025, seluruh peserta, pengurus APTARI, narasumber, dan perwakilan perguruan tinggi melangsungkan foto Bersama yang menjadi bukti terlaksana nya kegiatan tersebut.
Momen ini menjadi simbol kebersamaan sekaligus penanda berakhirnya rapat kerja yang sejak awal membahas berbagai isu strategis seputar pengembangan pendidikan arsitektur di Indonesia. Suasana penuh kehangatan dan semangat kolaborasi tampak jelas ketika seluruh peserta berfoto bersama, memperlihatkan komitmen bersama untuk memperkuat kualitas pendidikan arsitektur yang adaptif, inovatif, dan berkelanjutan.
Kegiatan ini diharapkan dapat kembali diselenggarakan di masa mendatang sebagai wadah bagi para dosen pengajar di bidang arsitektur untuk menambah wawasan, memperluas jejaring akademik, sekaligus memperkuat kolaborasi antarperguruan tinggi. Forum semacam ini menjadi ruang penting untuk berbagi gagasan dan pengalaman, yang tidak hanya berdampak pada pengembangan kompetensi tenaga pendidik, tetapi juga turut mendorong peningkatan kualitas pendidikan arsitektur di Indonesia secara berkelanjutan.
Program Sarjana Arsitektur
Universitas Internasional Batam