Oleh : Prananingrum Kinasih, S.Gz., M.Gz
Referensi Foto: Irwan Zahuri (https://www.pexels.com/photo/street-food-stall-at-the-market-by-the-bus-stop-14485972/)
Sebagai kota dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan gaya hidup yang dinamis, tren makan di luar telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Batam. Permintaan terkait pasar kuliner semakin besar seiring perubahan kultur budaya konsumsi di masyarakat. Struktur konsumen warga Batam didominasi oleh para pekerja yang lebih senang mengonsumsi makanan yang mudah dan praktis dengan membeli makanan di luar dibandingkan dengan masak sendiri. Pasar kuliner di Batam cukup tinggi karena tingkat penduduk yang tinggi dan memiliki keragaman ekonomi mulai dari masyarakat ekonomi kelas menengah, atas, sampai ekonomi kelas bawah. Para penjual kuliner dapat memberikan harga yang terjangkau, dan diperoleh hasil bahwa persepsi harga, kualitas pelayanan dan promosi secara bersama-sama memiliki kontribusi yang besar untuk mempengaruhi minat daya beli. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Batam, nilai rata-rata pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di Kota Batam pada tahun 2023 yaitu sebesar 319.246 rupiah/kapita perbulan.
Alvi seorang mahasiswa UIB menyatakan “di Kota Batam banyak yang lebih senang beli makan di luar karena praktis daripada masak sendiri. Di Kota Batam ini mayoritas perantau dan pekerja, jadi mereka lebih memilih untuk membeli makanan di luar. Selain karena praktis, kalau beli lebih bervariasi menunya.”
Referensi foto: Alex Green (https://www.pexels.com/photo/crop-woman-making-sandwich-with-salad-5692284/)
Faktanya, memasak sendiri di rumah memiliki lebih banyak keuntungan seperti lebih sehat, lebih mudah dalam mengatur takaran bumbu, kualitas bahan lebih terjamin, dan lebih higienis. Dari sisi kesehatan, kandungan gizi lebih terjaga, dapat meminimalkan pengolahan berlebihan, mengontrol asupan kalori dan lemak dengan menggunakan lebih sedikit minyak, mengurangi gula dan garam berlebih dengan mengontrol kandungan gula dan natrium serta dapat mengganti garam dengan rempah alami dan gula dengan pemanis alami, dan yang pasti bebas dari bahan tambahan berbahaya seperti MSG yang berlebihan, bahan pengawet, dan pewarna buatan. Sedangkan apabila lebih sering mengonsumsi makanan dari luar, kandungan gizi terbilang tidak seimbang, cenderung tinggi garam, gula dan lemak, mengandung bahan tambahan yang tidak sehat seperti MSG yang berlebihan, pengawet, dan pewarna buatan, kurang higienis, rentan kontaminasi, dan berisiko menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Referensi foto: Markus Winkler (Photo by Markus Winkler from Pexels: https://www.pexels.com/photo/people-buying-food-on-street-vendor-12681326/)
Tren makan di luar di Kota Batam bukan sekadar soal kepraktisan, tetapi juga cerminan dari gaya hidup modern yang terus berkembang. Dari warung kaki lima hingga restoran mewah, pilihan kuliner yang beragam membuat masyarakat semakin terbiasa menikmati makanan tanpa harus repot memasak. Namun, di balik kemudahan tersebut, Penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara menikmati makanan di luar dan memasak sendiri di rumah demi kesehatan dan kebersihan. Jadi, apakah anda tim makan di luar atau tim masak sendiri? Pada akhirnya, pilihan ada di tangan masing-masing individu, tetapi mengadopsi pola makan yang lebih sehat dan bijaksana akan memberikan manfaat jangka panjang bagi tubuh.