Universitas Internasional Batam (UIB) menunjukkan langkah serius dalam pendirian Fakultas Kedokteran (FK) dengan menggelar kegiatan bertajuk Diskusi Pembahasan Perjanjian Kerja Sama Penyelenggaraan Pendidikan Klinik FK UIB pada Wahana Pendidikan di Kota Batam. Diskusi ini berlangsung pada Selasa, 27 Mei 2025 di Hotel AP Premiere Batam, dan dihadiri oleh 42 partisipan dari 5 klinik dan 9 puskesmas di Kota Batam.
Kegiatan ini menjadi forum penting bagi UIB untuk menyamakan visi bersama para mitra fasilitas pelayanan kesehatan yang akan menjadi wahana pendidikan bagi mahasiswa kedokteran nantinya. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Hepy Hefri Ariyanto, membuka acara dengan menegaskan pentingnya sinergi yang kuat antara institusi pendidikan dan layanan kesehatan.
Calon Dekan FK UIB, dr. Wira Mondana, M.Ked., Sp.A(K), Subs. Kardio, turut memaparkan rancangan kurikulum, konsep pendidikan berbasis komunitas (COME), serta komitmen untuk menjadikan FK UIB sebagai fakultas kedokteran yang kontekstual, profesional, dan responsif terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Dr. Didi Kusmarjadi, Sp.OG, M.M, dalam arahannya mengapresiasi pendekatan kolaboratif yang dilakukan oleh UIB. “Sejauh ini, komunikasi lintas sektor yang dibangun oleh UIB sangat profesional. Saya berharap pendirian FK UIB ini dapat membantu memenuhi kebutuhan dokter di Batam dan Indonesia, karena rasio dokter saat ini masih rendah, sekitar 0,7 per 1.000 penduduk, sedangkan WHO menetapkan standar minimal 1 per 1.000,” tegasnya.
Sesi diskusi menjadi ruang pertukaran ide yang kaya. Perwakilan dari Puskesmas Batu Aji menanyakan kesiapan teknis pelaksanaan pembelajaran di lapangan dan peran pembimbing klinis. Perwakilan Klinik Xystera, dr. Krismadies, menekankan pentingnya sertifikasi AA Pekerti bagi dokter pembimbing. “Dokter pendidik akan lebih baik jika memiliki sertifikat AA Pekerti. Kami juga perlu kejelasan bagaimana keterlibatan klinik dalam penelitian,” ujarnya.
Masukan juga datang dari Puskesmas Tanjung Sengkuang, yang berharap agar UIB tidak hanya mengirimkan mahasiswa ke lapangan tanpa koordinasi. “Pengalaman sebelumnya dari kampus lain, mahasiswa datang begitu saja ke puskesmas. Kami harap UIB bisa lebih dulu mengadakan pemaparan dan diskusi sebelum pelaksanaan kegiatan,” ujar dr. Deny.
Diskusi juga membahas aspek regulasi dan keuangan. Salah satu peserta menanyakan apakah draft kerja sama telah sesuai dengan Permenkes Nomor 35 Tahun 2019. Ada pula masukan agar perjanjian merujuk pada regulasi tambahan seperti Permenkes 19/2024 dan Permendagri 79/2018 terkait pendanaan puskesmas berbasis BLUD.
Menutup acara, dilakukan penyerahan plakat dari UIB kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam sebagai simbol kemitraan yang strategis dan berkelanjutan. “Setelah ini, kami akan undang Bapak/Ibu untuk menandatangani kontrak kerja sama sekaligus melakukan visitasi sarana prasarana yang telah kami siapkan demi menunjang proses belajar mengajar di FK UIB,” ujar Dr. Hepy sembari menutup kegiatan.
Kegiatan ini menjadi penanda penting bahwa pendirian Fakultas Kedokteran UIB bukan hanya sekadar formalitas administratif, tetapi disiapkan dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis kebutuhan lokal, demi membentuk sistem pendidikan kedokteran yang kontekstual, relevan, dan berdaya saing tinggi di Kota Batam.
Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama
Universitas Internasional Batam


