Penulis: Romario Galiano (2432085) | Editor: Ambarwulan, S.T.

Pada Sabtu, 20 September 2025, Program Studi Teknologi Informasi Universitas Internasional Batam (UIB) menggelar seminar bertajuk Smart with AI Tools, Strong with Soft Skills secara daring melalui platform Zoom. Seminar ini diikuti dengan antusias oleh mahasiswa UIB serta peserta umum yang tertarik untuk memperdalam pemahaman tentang peran kecerdasan buatan (AI) dan pentingnya penguasaan soft skills dalam dunia profesional. Acara ini berlangsung dari pukul 14.00 hingga 16.00 WIB dan dipandu oleh narasumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Seminar dibuka dengan ucapan sambutan dari Bapak Haeruddin, S.Kom., MMSI, yang menyambut hangat seluruh peserta seminar. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan pentingnya mengikuti perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang semakin memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk dunia pendidikan dan pekerjaan. Beliau juga menyampaikan beberapa saran kepada mahasiswa dan peserta umum untuk memanfaatkan seminar ini sebaik-baiknya, agar mereka bisa memperluas wawasan tentang teknologi AI dan soft skills yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif di era digital ini.
Setelah pembukaan, seminar berlanjut dengan penyampaian dari Dr. Ir. Francisca H. Chandra, MT, Ketua Program Studi S1 Teknik Elektro di Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya, yang menyampaikan beberapa data menarik terkait pendidikan tinggi. Beliau mengungkapkan bahwa sekitar 31,45% lulusan SMA/SMK memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa perguruan tinggi memberikan manfaat lebih dari sekadar ilmu pengetahuan, yaitu sebagai fondasi untuk membangun jaringan sosial yang luas, mengembangkan pola pikir kritis, serta investasi jangka panjang yang berharga untuk masa depan.
Beliau juga mengupas tuntas bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam dunia akademik dan pekerjaan. Ia menekankan bahwa AI harus dilihat sebagai mitra, bukan ancaman. Dalam konteks ini, AI bisa digunakan untuk mempermudah berbagai aktivitas yang berhubungan dengan coding, pemrograman, dan bahkan pekerjaan kuliah yang sering kali memakan waktu.
Beberapa tools AI yang dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi kerja, kualitas akademik, dan kreativitas antara lain Reclaim.ai untuk otomatisasi manajemen waktu, Mindomo untuk mind mapping, Kialo Edu untuk melatih keterampilan debat, JustThink untuk pertanyaan reflektif, Elicit untuk pencarian jurnal ilmiah, Jenni.AI untuk penulisan, Grammarly dan Quillbot untuk tata bahasa, serta Zotero dan Mendeley untuk manajemen sitasi, yang semuanya menunjukkan pentingnya AI dalam mendukung mahasiswa, meskipun seperti diingatkan oleh Francisca, manusia tetap menjadi pengambil keputusan akhir karena AI hanya mampu memproses data dan menghasilkan ide, sementara penilaian akhir tetap harus dilakukan oleh manusia.

Setelah membahas tentang AI, seminar dilanjutkan dengan topik mengenai soft skills yang tidak kalah pentingnya dalam membangun karir. Narasumber Dr. Heru Wijayanto Aripradono, S.Kom., M.M., M.MT, Dosen Program Studi Teknologi Informasi UIB dan Co-Founder serta Operation Manager di Sociopreneur ID, menegaskan bahwa meskipun teknologi seperti AI dapat membantu dalam banyak hal, keterampilan interpersonal atau soft skills tetap menjadi kunci utama untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Beberapa soft skills yang disebutkan antara lain komunikasi yang efektif, kolaborasi, kemampuan berpikir kritis, kreativitas, manajemen waktu, serta resiliensi dalam menghadapi tekanan.
Beliau mengingatkan bahwa dunia kerja di era digital membutuhkan keseimbangan antara hard skills seperti kemampuan teknis dalam pemrograman dan desain dengan soft skills yang membantu individu untuk beradaptasi, berkolaborasi, dan berinovasi. Ia juga menekankan pentingnya critical thinking, creativity, empathy, dan lifelong learning (pembelajaran seumur hidup) dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi di era digital. Menurutnya, meskipun AI dapat menginisiasi berbagai ide dan memberikan solusi, kreativitas dan empati yang dimiliki oleh manusia tetap tidak tergantikan, karena manusia adalah pihak yang akan menilai dan memutuskan arah dari teknologi yang digunakan.
Acara seminar ini semakin hidup dengan adanya sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Beberapa pertanyaan yang diajukan peserta sangat menarik dan menggali lebih dalam mengenai topik yang dibahas. Misalnya, Jonatan bertanya tentang bagaimana AI dapat mencerminkan kompetensi seseorang dalam CV dan dunia kerja, sementara Kelvin menanyakan bagaimana cara menguasai keterampilan dalam dunia yang berkembang begitu cepat, serta tips untuk memanfaatkan teori “10.000 jam belajar” dalam menguasai suatu keterampilan. Tasya juga bertanya mengenai bagaimana AI dapat meningkatkan efisiensi dan kreativitas kerja, dan Desvin Darson mengangkat isu global, seperti bagaimana kombinasi AI dan soft skills dapat membantu mengatasi tantangan besar seperti krisis iklim.
Para narasumber memberikan jawaban yang bijaksana, menekankan bahwa meskipun AI dapat memproses data dan memberikan inspirasi, elemen-elemen seperti kreativitas dan empati manusia tetap menjadi faktor yang sangat penting. AI memang dapat membantu dalam pengolahan data dan meningkatkan efisiensi, namun keputusan akhir dan ide inovatif tetap berasal dari manusia. Soft skills, menurut mereka, adalah komponen yang mendukung agar penggunaan AI dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang lebih kompleks.
Seminar ini diakhiri dengan kesimpulan yang sangat menggugah, bahwa meskipun AI memiliki potensi besar untuk menciptakan inovasi dan peluang baru dalam berbagai bidang, penggunaan teknologi ini harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab. Peserta seminar diingatkan bahwa meskipun AI dapat memperkuat kemampuan manusia, teknologi ini tidak dapat menggantikan manusia dalam hal pengambilan keputusan, kreativitas, dan empati.
Soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreativitas, dan ketahanan mental (resilience) tetap menjadi faktor yang tak tergantikan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin dinamis dan kompetitif. Pesan utama dari seminar ini adalah bahwa AI harus dipandang sebagai mitra yang mendukung produktivitas dan inovasi, bukan sebagai ancaman yang menggantikan peran manusia. Dengan pemanfaatan yang bijak, AI dapat membawa dampak positif yang besar bagi perkembangan individu, organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan.
🔍 Tertarik mendalami Teknologi Informasi? Cek Program Studi Teknologi Informasi UIB dan pilih peminatanmu: Cloud Engineering, Smart Systems, atau Cyber Intelligence. Segera daftarkan dirimu di Pendaftran Program Sarjana Teknologi Informasi.
Program Sarjana Teknologi Informasi
Universitas Internasional Batam


